Proses Perkembangan Budaya Hindu-Budha

Proses Perkembangan Budaya Hindu-Budha - Pada kesempatan ini admin niatku.com akan berbagi informasi mengenai Proses Perkembangan Budaya Hindu-Budha.

Proses Perkembangan Budaya Hindu-Budha - Pada kesempatan ini admin niatku.com akan berbagi informasi mengenai Proses Perkembangan Budaya Hindu-Budha. Pada artikel Proses Perkembangan Budaya Hindu-Budha ini akan dibagi menjadi 2 pembahasan penting. 

Proses Perkembangan Budaya Hindu-Budha

Proses Perkembangan Budaya Hindu-Budha

Berikut ketiga pembahasan tersebut.

1. Perkembangan agama dan budaya Hindu

Lahirnya agama Hindu ada hubungannya dengan kedatangan suku bangsa Arya ke India. Bangsa Arya masuk ke India sejak 1500 SM melalui Celah Kaiber (Afghanistan) dan mendiami Aryawarta (daerah yang berada di Lembah Indus, Lembah Gangga, dan Lembah Yamuna di Dataran Tinggi Dekhan). Bangsa Arya kemudian mendesak ras Dravida (penghuni asli India) dan terjadilah percampuran kedua ras suku bangsa tersebut. Percampuran budaya antara kedua ras itu disebut peradaban Hindu atau hinduisme.

Agama Hindu adalah sinkretisme antara kebudayaan Arya dan Dravida yang menyembah banyak dewa. Agama Hindu bersifat politeisme, artinya menyembah banyak dewa.

Setiap dewa merupakan lambang kekuatan alam. Beberapa dewa yang terkenal adalah Trimurti (Brahma, dewa pencipta ); (Wisnu, dewa pemelihara); (Syiwa, dewa perusak),

dan dewa lain : Pertiwi (dewi bumi), Surya (dewa matahari), Bayu (dewa angin), Baruna (dewa laut), dan Agni (dewa api).

Kitab suci agama Hindu adalah Weda, artinya pengetahuan, yang terdiri atas empat bagian.

  • Rigweda, berisi syair pujian terhadap para dewa.
  • Samaweda, berisi syair dan nyanyian suci dalam upacara.
  • Yajurweda, berisi doa-doa pengantar sesaji dalam upacara.
  • Atharwaweda, berisi mantra untuk menyembuhkan orang sakit dan jampi untuk sihir serta ilmu gaib mengusir penyakit dan para musuh.

Di India, paham Trimurti dikembangkan berpasangan dengan Trisakti yang meliputi:

  • Saraswati, permaisuri Brahma, melambangkan dewi kebijaksanaan dan pengetahuan;
  • Laksmi, permaisuri Wisnu, melambangkan dewi kecantikan dan kebahagiaan;
  • Parwati, permaisuri Syiwa, melambangkan dewi keberanian dan kegarangan (durga).

Untuk mencapai nirwana, umat Hindu dapat melakukannya dengan tiga cara.

  • Manusia wajib menjalankan dharma (memenuhi kewajiban sebagai manusia), artha (menjalankan pekerjaan sebagaimana mestinya), dan karma (tidak berlebihan merasakan kenikmatan duniawi).
  • Bagi Triwangsa (brahmana, ksatria, waisya) wajib membaca kitab suci Weda.
  • Melakukan upacara keagamaan yang berupa upacara kurban (yajna besar dan yajna kecil). Yajna besar, misalnya, penobatan raja, menghormati pemetikan buah pertama, dan upacara menyongsong datangnya musim. Adapun yajna kecil, misalnya, sembahyang di rumah sehari-hari, kelahiran anak, dan cukur rambut.

Agama Hindu mengenal adanya upacara pengorbanan, yaitu kurban Soma dan kurban Asra Medha. Kurban Soma adalah upacara kebaktian yang terpandang suci di antara seluruh kebaktian di dalam Weda. Soma adalah sejenis cairan minuman yang memberi sifat kedewaan. Kurban Asra Medha adalah kurban kuda.

Upacara-upacara kebaktian Hindu dilakukan oleh pejabat-pejabat agama, yaitu:

  • Brahmana (pendeta) yang menjabat sebagai kepala upacara,
  • Hotri yang melagukan nyanyian keagamaan,
  • Udgatri yang menabuh bunyi-bunyian dengan nada tertentu, dan
  • Adhyarya yang menyiapkan tempat pemujaan dan tempat kurban serta persiapan lainnya sambil membacakan mantra.

Agama Hindu mengajarkan beberapa hal, yaitu

  • hidup di dunia adalah samsara akibat perbuatan yang kurang baik;
  • adanya karma, yaitu hasil perbuatan yang kurang baik;
  • akibat karma, manusia akan mengalami reinkarnasi, yakni dilahirkan kembali dalam wujud yang lebih rendah;
  • orang yang sempurna hidupnya akan moksa, lepas dari samsara.

Untuk menjadi Hindu, seseorang harus mendapat tali benang kasta (munya) yang diberikan oleh brahmana (pendeta). Setelah itu, barulah mereka melakukan caturasrama, yakni brahma- carin (mencari ilmu kepada brahmana (pendeta), grhasta (membentuk keluarga), wanaprasta (meninggalkan rumah untuk bertapa), dan saniasin atau pariwrajaka (hidup mengembara, meninggalkan kepentingan duniawi untuk menjadi bhiksu).Tempat-tempat suci bagi orang Hindu India, antara lain, Kota Benares yang dianggap sebagai kota dewa dan Sungai Gangga sebagai sungai yang suci.

Agama Hindu mengalami kemunduran sekitar abad ke-6 SM karena sebab-sebab berikut:

  • Kaum brahmana yang memonopoli agama dan upacara bertindak sewenang-wenang dengan menarik kurban yang besar sehingga menimbulkan beban.
  • Lahirnya agama Buddha yang lebih demokratis untuk mencari nirwana sendiri tanpa pertolongan orang lain yang diajarkan oleh Siddharta Gautama.
  • Agama Buddha lebih terbuka tanpa membeda-bedakan manusia.

2.Perkembangan budaya Buddha

Ketika agama Hindu mengalami kemunduran, muncullah agama Buddha di India yang disiarkan oleh Siddharta Gautama. Ajaran Buddha ditulis dalam kitab suci Tripitaka yang berarti tiga keranjang atau tiga himpunan nikmat. Isi kitab suci Tripitaka sebagai berikut.

  • Suttapitaka, berisikan himpunan ajaran dan khotbah Buddha. Bagian terbesar adalah percakapan antara Buddha dan beberapa orang muridnya. Di dalamnya terdapat pula kitab meditasi dan peribadatan.
  • Winayapitaka, berisikan tata hidup setiap anggota biara (sangha).
  • Abhidharmapitaka, ditujukan bagi lapisan terpelajar dalam agama Buddha sebab merupakan pelajaran lanjutan.

Sekilas Tokoh

Siddharta Gautama adalah putra Raja Suddhodana dari Kerajaan Kosala. Keluarganya termasuk golongan ksatria dan merupakan keturunan suku bangsa Sakya. Setelah memasuki masa grhasta, ia dikawinkan dengan Putri Yasodhara dan melahirkan putra bernama Rahula.

Semula ia hidup tenteram dalam kemewahan istana. Namun, setelah melakukan lawatan keluar istana, Siddharta mengalami pergulatan batin mengenai apa sebenarnya kehidupan itu. Ada empat hal yang disaksikannya dalam lawatannya itu sehingga mengganggu batinnya. Pertama, ia menyaksikan orang tua renta yang sudah bongkok. Kedua, ia menyaksikan orang menderita penyakit kusta yang sangat parah hingga tak sadarkan diri. Ketiga, ia menyaksikan mayat tengah diusung dan diiringi orang-orang yang meratapi. Keempat, ia menyaksikan fakir miskin yang berkeliling dengan kepala gundul dan berbaju kuning (saniasin).

Setelah kegelisahannya memuncak, Siddharta pergi meninggalkan istana, mencukur rambutnya, menggunakan jubah kuning, dan bertapa tanpa bekal apa pun. Peristiwa ini terjadi pada tahun 524 SM, tepatnya ketika Siddharta berusia 39 tahun. Tempat pertapaannya itu dinaungi pohon bodhi.

Pada tahun 517 SM, yaitu malam yang dikenal sebagai Malam Suci, Siddharta mendapat penerangan agung. Ia kemudian disebut Siddharta Gautama, artinya orang yang mencapai tujuan. Ia disebut juga Buddha Gautama, artinya orang yang menerima Bodhi, dan Sakyamuni, artinya orang bijak keturunan Sakya. Hari lahir, saat menerima wahyu dan hari wafatnya Siddharta jatuh pada hari dan tanggal yang sama, yaitu pada bulan Mei saat berlangsungnya purnama. Ketiga hari itu dijadikan hari suci umat Buddha, Waisak.

Ada empat tempat yang dianggap suci dalam agama Buddha.

a.Taman Lumbini di Kapilawastu, tempat lahirnya Siddharta (563 SM).

b.Bodhgaya, tempat Siddharta menerima wahyu Buddha.

c.Kusinagara, tempat wafatnya Siddharta pada tahun 482 SM.

d.Benares, tempat Siddharta pertama kali berkhotbah.

Ajaran Buddha seperti yang dikhotbahkan Siddharta di Taman Menjangan, Benares, berisikan hal-hal berikut.

(a). Aryastyani, yakni empat kebenaran utama dan delapan jalan tengah (Astavida).

Empat kebenaran utama, yaitu :

1) hidup adalah derita (duka) atau samsara,

2) samsara disebabkan oleh hasrat keinginan (tresna) atau tanha,

3) tresna harus dihilangkan, dan

4) cara menghilangkan tresna adalah dengan delapan jalan tengah.

Delapan jalan tengah, yaitu

a) pengertian yang benar,

b) kerja yang benar,

c) maksud yang benar,

d) ikhtiar yang benar,

e) bicara yang benar,

f) ingatan yang benar

g) laku yang benar

h) renungan yang benar.

(b). Pratityasamudpada, artinya rantai sebab akibat yang terdiri atas dua belas rantai dan masing-masing merupakan sebab dari hal berikutnya.

Pada bangunan peribadatan Buddha akan kita temui stupa, yaitu bangunan berbentuk kubah yang berdiri di atas sebuah lapik dan diberi payung. Fungsi bangunan ini adalah sebagai lambang suci agama Buddha, tanda peringatan terjadinya suatu peristiwa dalam hidup Buddha, tempat penyimpanan tulang jenazah Buddha, dan tempat menyimpan benda suci.

Agama Buddha berkembang pesat di India pada masa Wangsa Maurya di bawah Raja Ashoka. Raja ini pada awalnya memusuhi agama Buddha. Ia menciptakan "neraka Ashoka", yaitu hukuman rebus bagi penganut Buddha. Namun, pada suatu ketika orang yang diperintahkannya untuk direbus tidak mati. Raja Ashoka sadar dari kekeliruannya dan masuk agama Buddha. Bahkan, ia menjadi raja yang saleh dan menetapkan agama Buddha sebagai agama negara. Ia pun mengajarkan Ahimsa, yaitu larangan membunuh dan melukai makhluk. Berkat raja ini, agama Buddha dapat disiarkan ke seluruh dunia.

Untuk menghormati Siddharta, Raja Ashoka mendirikan monumen dengan bagian-bagian berikut:

(a).Bunga saroja sebagai lambang kelahiran Siddharta.

(b).Pohon bodhi (pipala) sebagai lambang penerangan agung.

(c).Jantera sebagai lambang memulai pengajaran.

(d).Stupa sebagai lambang kematian.

Posting Komentar