Jenis-Jenis Belajar
Jenis-Jenis Belajar - Pada kesempatan ini admin niatku.com akan berbagi beberapa Jenis-Jenis Belajar yang biasa dipraktekkan dalam proses belajar dalam kehidupan sehari-hari. Berikut Jenis-Jenis Belajar yang sempat dibagikan oleh admin.
Jenis-Jenis Belajar
1. Belajar Bagian (part learning, fractioned learning)
Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia di hadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif,misalnya mempelajari sajak ataupun gerakan-gerakan motoris seperti bermain silat. Dalam hal ini individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri. Sebagai lawan dari cara belajar bagian adalah cara belajar keseluruhan atau belajar global.
2. Belajar dengan wawasan (learning by insight)
Konsep ini di perkenalkan oleh W. Kohler, salah seorang took psikologi Gestalt pada permulaan tahun 1971. Sebagai suatu konsep, wawasan (insight) ini merupakan produk utama dalam pembicaraan psikologi belajar dan proses berpikir. Dan meskipun w. kohler sendiri dalam menerangkan wawasan beriorentasi pada data yang bersifat tingkah laku (perkembangan yang lembut dalam menyelesaikan suatu persoalan dan kemudian secara tiba-tiba terjadi reorganisasi tingka laku) namun tidak urung wawasan ini merupakan konsep yang secara prinspiil di tentang oleh penganut aliran neo-behaviorisme. Menurut Gestalt teori wawasan merupakan proses mereorganisasikan pola-pola tingka laku yang terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan sedangkan kaum neo-behaviorisme (antara lain C.E Osgood menganggap wawasan sebagai salah satu bentuk atau wujud dari dari asosiasi stimulus-respon (S-R).Jadi masalah bagi penganut neo-behaviorisme ini justru bagaimana menerangkan reorganisasi pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk tadi menjadi satu tingkah laku yang erat hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan. Dalam pertentangan ini barangkali jawaban yang memuaskan adalah jawaban yang dikemukakan oleh G.A Miller yang menganjurkan behaviorisme subjektif. Menurut pendapatnya wawasan barangkali merupakan kreasi dari ‘rencana–rencana penyelesaian (meta program) yang mengontrol rencana-rencana subordinasi lain (tingkah laku) yang telah terbentuk. [ Pengaruh Faktor Keturunan terhadap Perkembangan Individu Peserta Didik ]
3. Belajar deskriminatif (discriminatif learning)
Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi/stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman bertingkah laku. Dengan pengertian ini maka dalam eksperimen,subyek dimintah untuk berespon secara berbeda-beda terhadap stimulus yang berlainan.
4. Belajar global/keseluruhan (global whole learning)
Di sini bahan pelajaran di pelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya; lawan dari belajar bagian. Metode belajar ini sering juga disebut metode Gestalt.
5. Belajar insidental (incidental learning)
Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu berarah-tujuan (intensional). Sebab dalam belajar insidental bila tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak. dalam kehidupan sehari-hari, belajar insidental ini merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu di antara para ahli belajar insidental ini merupakan bahan pembicaraan yang sangat menarik, khususnya sebagai bentuk belajar yang di temukan bahwa dalam belajar insidental (dibandingkan dengan belajar internasional), jumlah frekuensi materi belajar yang di perlihatkan tidak memegang peranan penting ,prestasi individu menurun dengan meningkatnya motivasi.
6. Belajar instrumental(instrumental learning)
pada instrumental, reaksi-reaksi seseorang siswa yang di perlihatkan di ikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah,hukuman,berhasil atau gagal.Oleh karena itu cepat atau lambatnya seseorang dapat diatur dengan jalan memberikan penguat (rein-forcement) atas dasar tinkat-tingkat kebutuhan. Dalam hal maka salah satu bentuk belajar instrumental yang khusus adalah ‘pembentukan tingkah laku’. Di sini individu di beri hadiah bila ia bertingkah laku sesuai dengan tingkah laku yang dikehendaki,dan sebaliknya ia dihukum bila memperlihatkan tingkah laku yang tidak sesuai dengan yang di kehendaki. Sehingga akhirnya akan terbentuk tingkah laku tertentu.
7. Belajar intensional (intentional learning)
Belajar dalam arah tujuan, merupakan lawan dari belajar insidental, yang akan dibahas lebih luas pada bagian berikutnya.
8. Belajar laten (laten learning)
Dalam belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera, dan oleh karena itu disebut laten. Selanjutnya eksperimen yang di lakukan terhadap binatang mengenai belajar laten, menimbulkan pembicaraan yang hangat di kalangan penganut behaviorisme, khususnya mengenai peranan faktor penganut (reinforcement) dalam belajar. Rupanya penguat dianggap oleh penganut behavorisme ini bukan faktor atau kondisi yang harus ada dalam belajar. Dalam penelitian dalam ingatan, belajar laten ini diakui memang ada yaitu dalam bentuk belajar insidental.
9. Belajar mental (mental learning)
Perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi disini tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang di pelajari. Ada tidaknya belajar mental ini sangat jelas terlihat pada tugas-tugas yang sifatnya motoris. Sehingga perumusan opersional juga menjadi sangat berbeda.Ada yang mengartikan belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan-gerakan orang lain dan lain-lain.
10. Belajar produktif (productive learning)
R.Berguis (1964) memberikan arti belajar produktif sebagai belajar dengan transfer yang maksimun. Belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi lain. Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip menyelesaikan suatu persoalan dalam satu situasi ke situasi lain.
11. Belajar verbal (verbal learning)
Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan. Dasar dari belajar verbal diperhatikan dalam eksperimenklasik dari Ebbinghaus. Sifat eksperimen ini meluas dari belajar asosiatif mengenai hubungan dua kata yang tidak bermakna sampai pada belajar dengan wawasan mengenai penyelesaian persoalan yang kompleks yang harus diungkapkan secara verbal.