Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Artikel Singkat tentang Pendidikan

Artikel Singkat tentang Pendidikan - Pada kesempatan ini admin niatku.com akan membagikan beberapa Contoh Artikel Singkat tentang Pendidikan yang sudah pernah dipublikasikan sebelumnya. Anda tinggal memilih Artikel Pendidikan yang menarik menurut anda.

Artikel Singkat tentang Pendidikan

Artikel Singkat tentang Pendidikan

Berikut ini 3 Contoh artikel singkat tentang pendidikan.

Kode Etik Guru Indonesia

Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa, dan Negara serta pada kemanusiaan pada umumnya.

Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada UUD 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, oleh kerena itu, Guru Indonesia terpangil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagai berikut :

1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila.

  • Guru menghormati hak individu dan kepribadian anak didiknya masing- masing
  • Guru berusaha mensusseskan pendidikan yang serasi (jasmaniyah dan rohaniyah) bagi anak didiknya
  • Guru harus menghayati dan mengamalkan pancasila
  • Guru dengan bersunguh-sunguh mengintensifkan Pendidikan Moral Pancasila bagi anak didiknya
  • Guru melatih dalam memecahkan masalah-masalah dan membina daya krasai anak didik agar kelak dapat menunjang masyarakat yang sedang membangun
  • Guru membantu sekolah didalam usaha menanamkan pengetahuan keterampilan kepada anak didik.

2. Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.

  • Guru menghargai dan memperhatikan perbedaan dan kebutuhan anak didiknya masing-masing
  • Guru hendaknya luwes didalam menerapkan kurikulum sesuai dengan klebutuhan anak didik masing-masing
  • Guru memberi pelajaran di dalam dan di luar sekolah berdasarkan kurikulum tanpa membeda-bedakan Janis dan posisi orang tua muridnya

3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik,. Tetapi menghindarkan diri dari segtsala bentuk penyalah gunaan

  • Komunikasi Guru dan anak didik didalam dan diluar sekolah dilandaskan pada rasa kasih saying
  • Untuk berhasilnya pendidikan, maka Guru harus mengetahui kepribadian anak dan latar belakangt keluarganya masing-masing.
  • Komunikasi Guru ini hanya diadakan semata-mata untuk kepentingan pendidikan anak didik

4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua murid dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik

  • Guru menciptakan suasana kehidupan sekol;ah sehingga anak didik betah berada dan belajar di sekolah
  • Guru menciptakan hubungan baik dengan orang tua murid sehingga dapat terjalin pertukaran informasi timbale balik untuk kepentingan anak didik
  • Guru senantiasa menerima dengan lapang dada setiap kritik membangun yang disampaikan orang tua murid/ masyarakat terhadap kehidupan sekolahnya.
  • Pertemuan dengan orang tua murid harus diadakan secara teratur

5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat disekitar sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan

  • Guru memperluas pengetahuan masyarakat mengenai profesi keguruan
  • Guru turut menyebarkan program-progaram pendidikan dan lkebudayaan kepada masyarakat seketernya, sehingga sekolah tersebut turut berfubgsi sebagai pusat pembinaan dan pengembangan pendidikan dan kebudayaan ditempat itu
  • Guru harus berperan agar dirinya dan sekolahnya dapat berfungsi sebagai unsur pembaru bagi kehidupan dan kemajuan daerahnya.
  • Guru turut bersama-sama masyarakat sekitarnya didalam berbagai aktifitas
  • Guru menusahakan terciptanya kerjasama yang sebaik-bainya antara sekolah, orang tua murid, dan masyarakat bagi kesempurnaan usaha pendidikan atas dasar kesadaran bahwa pendidikan merupakan tangung jawab nersama antara pemerintah, orang tua murid maupun masyarakat.

6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya.

a. Guru melanjutkan setudinya dengan :

  • Membaca buku-buku
  • Mengikuti loka karya, seminar, gterakan koperasi, dan pertemuan-pertemuan pendidikan dan keilmuan lainnya
  • Mengikuti penataran
  • Mengadakan kegiatan-kegiatan penelitian

b. Guru selalu bicara, bersikap dan bertindak sesuai dengan martabat profesinya, 

7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesame guru baik berdasarkan lingkungan kerja maupun didalam hubungan keseluruhan.

  • Guru senantiasa saling bertukar informasi pendapat, salung menasehatri dan Bantu-membantu satu sama lainnya, baik dalam hubungan kepentingan pribadi maupun dalam menuaikan tugas profgesinya
  • Guru tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan nama baik rekan- rekan seprofesinya dan menunjang martabat guru baik secara keseluruhan maupun secara pribadi

8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina, dan meningkatkan organisasi guru professional sebagai sarana pengabdiannya.

  • Guru menjadi anggota dan membantu organisasi Guru yang bermaksud membina profesi dan pendidikan pada umumnya
  • Guru senantiasa berusaha bagi peningkatan persatuan diantara sesame pengabdi pendidikan
  • Guru senantiasa berusaha agar menghindarkan diri dari sikap-sikap ucapan, dan tindakan yag merugikan organisasi

9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan

  • Guru senantiasa tunduk terhadap kebijaksanaan dan ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang pendidikan
  • Guru melakukan tugas profesinya dengan disiplin dan rasa pengabdian
  • Guru berusaha membantu menyebarkan kebijak sanaan dan program pemerintah dalam bidang pendidikan kepada orang tua murid dan masyarakat sekitarnya
  • Guru berusaha menunjang terciptanya kepemimpinan pendidikan dilingkungan atau didaerahnya sebaik-baiknya.

Model-Model Pembelajaran

Komaruddin dalam Syaiful Sagala, mengemukakan bahwa model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (a) suatu tipe atau desin; (b) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati; (c) suatu sistem asumsi-asumsi, data, dan referesensi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa; (d) suatu desain disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan; (e) suatu deskripsi dari suatu sistem yang atau imajener; dan (f) penyajian yan diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya.

Model dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhnya, Walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dri dunia yang sebenarnya. Atas dasar pengertian tersebut, model mengajar dapat dipahami sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistimatik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajr tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Joyce dan Weil sebagai yang dikutip Syaiful Sagala, mengemukakan ada empat kategori yang penting diperhatikan dalam model mengajar, yakni mo-del informasi, model personal, model interaksi, dan model tingkah laku. Model mengajar yang telayh dikembkan dan dites keberlakuannya oleh para pakar pendidikan dengan mengkalsifikasimodel pembelajaran pada empat kelompok yaitu:

  1. Model pemrosesan informasi (information processing Models) menje-laskan bagaimana cara individu member respon yang datang dari lingkukngannya dengan cara mengorganisasikan data, memfor-mulasikan masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta penggunaan symbol-simbol verbal dan non verbal. Model ini memberikan kepada peserta didik sejumlah konsep, penge-tesan hipotesis, dan memusatkan perhtian pada kengembangan kemampuan kreatif. Model pengelolaan informasiini secara umum dapat diterapkan pada sasaran belajar dan berbagai usia dalam mempelajari individu dan masyarakat. Karena itu, model ini poten-sial untuk digunakan dalam mencapai tujuan-tujuan yang berdimensi personal dan social di samping yang berdimensi intekeltual.
  2. Model personal (personal famly) merupakan rumpun model pembe-lajaran yang menekankan kepada proses mengembangkan kepribadian individu peserta didik dengan memperhatian kehidupan emosional. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk memungkinkan seseorang dapat memahami dirinya sendiri dengan baik, memikul tanggun jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Model ini memusatkan perhatian pada pandangan perseo-rangan dan berusah menggalakkan kemamdirian yang produktif, sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggung jawab atas tujuannya.
  3. Model sosial (Sosial Famly) menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan peserta didik agar memiliki kecakapan untuk berhubu-ngan dengan orang lain sebagai usaha membangun sikap peserta ddik yang demokratis dengan menghargai setiap perbedaan dalam realitas social. Inti dari model sosial ini adalah konsep “synergy” yaitu energy atau tenaga yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu fenomena kehidupan masyarakat. Denman menerapkan model sosial pembelajaran diarahkan pada upaya melibatakn peserta didik dalam menghayati, mengkaji, menerapkan dan menerima fungsi dan peran social. Model sosial ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama, membimbing peserta didik mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah, mengumpukan data yang relevan, dan mengembangkan serta mengetes hipotesis. Karena itu guru seyogiyanya men
  4. gorganisasikan belajar melalui kerja kelompok dan mengarahkannya. Jadi pendidikan harusdiorganisasi-kan dengan cara melakukan penelitian bersama (cooperative inquiry) terhadap masalah-masalah sosiaol dan masalah-masalah akademis.
  5. Model sistem prilaku dalam pembelajaran (Behavior Model of Teaching) dibangun atas dasar kerangka teori prilaku. Melalui teori ini siswa dibimbing untuk dapat memecahkan masalah belajar melalui penguaraian prilaku ke dalam jumlah yang kecil dan berurutan.
  6. Sejalan dengan hal itu teori konvergensi yang dipelopori oleh Willian Stern yang diimplementasikan ke dalam hal pembelajaran telah menyebabkan munculnya berbagai teori belajar dan model mengajar seperti: (a) model behavioral yang terdiri dari belajar tuntas, belajar control diri sendiri, simulasi, dan belajar asertif, (b) model pemrosesan informasi yang terdiri dari model mengajar inkuiri, presentase kerangka dasar atau ”advance organizer” dan model pengembangan berpikir. Dalam program pengajaran yang menggu-nakan model satuan pelajaran, guru masih mempunyai kemungkinan untuk mengadakan perubahan-perubahan yang dipandang penting dalam pelaksa-naannya. Model satuan pelajaran yang merupakan model yang paling sederhana, tetapi memberikan peranan yang lebih besar kepada guru sebagai perancang pembelajaran.
  7. Model satuan pelajaran berbeda dengan model pengajaran dengan modul seperti kaset video, kaset audio, computer, dan pengjaran berprogram. Model ini pelaksanaannya dalam pembelajaran benar-benar harus sesuai dengan yang telah direncanakan dalam perencanaan program pengajaran yang disusun oleh guru.

Model satuan pelajaran guru menentukan dan menyusun alat evaluasi untuk mengukur kemajuan belajar siswa, memilih dan merumus-kan bahan ajar, merencanakan proses pembelajaran, serta menentukan media dan alat pengjaran. Penggunaan model ini selain sederhana juga tidak menun-tut biaya yang tinggi, karena disusun oleh guru sendiri baik mengenai isi, media yang digunaan, dan kegiatan pembelajaran.

Adapun model pembela-jaran dengan kaset video, kaset audio, compu-ter, dan pembelajaran berprogram disusun oleh tim atau lembaga khusus yang terdiri dari beberapa ahli. Peran guru dalam odel ini adalah sebagai pelaksana atau fasilitator belajr, katena semua komponen pengajaran telah disusun secara terpadu dalam pusat teknologi pembelajaran dan melakukan permainan hukum.

Peran Seorang Guru dalam Proses Pendidikan

Efektivitas dan efisiensi belajar individu di sekolah sangat bergantung kepada peran guru. Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan bahwa dalam pengertian pendidikan secara luas, seorang guru yang ideal seyogyanya dapat berperan sebagai :

  1. Konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan;
  2. Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan;
  3. Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta didik;
  4. Transformator (penterjemah) sistem-sistem nilai tersebut melalui penjelmaan dalam pribadinya dan perilakunya, dalam proses interaksi dengan sasaran didik;
  5. Organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan menugaskannya) maupun secara moral (kepada sasaran didik, serta Tuhan yang menciptakannya).

Sedangkan dalam pengertian pendidikan yang terbatas, Abin Syamsuddin dengan mengutip pemikiran Gage dan Berliner, mengemukakan peran guru dalam proses pembelajaran peserta didik, yang mencakup :

  1. Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems).;
  2. Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai orang sumber (resource person), konsultan kepemimpinan yang bijaksana dalam arti demokratik & humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung (during teaching problems).
  3. Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement), atas tingkat keberhasilan proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya.

Selanjutnya, dalam konteks proses belajar mengajar di Indonesia, Abin Syamsuddin menambahkan satu peran lagi yaitu sebagai pembimbing (teacher counsel), di mana guru dituntut untuk mampu mengidentifikasi peserta didik yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus membantu pemecahannya (remedial teaching).

Di lain pihak, Moh. Surya (1997) mengemukakan tentang peranan guru di sekolah, keluarga dan masyarakat. Di sekolah, guru berperan sebagai perancang pembelajaran, pengelola pembelajaran, penilai hasil pembelajaran peserta didik, pengarah pembelajaran dan pembimbing peserta didik. Sedangkan dalam keluarga, guru berperan sebagai pendidik dalam keluarga (family educator). Sementara itu di masyarakat, guru berperan sebagai pembina masyarakat (social developer), penemu masyarakat (social inovator), dan agen masyarakat (social agent).

Lebih jauh, dikemukakan pula tentang peranan guru yang berhubungan dengan aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan, diri pribadi (self oriented), dan dari sudut pandang psikologis.

Dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran dan administrasi pendidikan, guru berperan sebagai :

  1. Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan;
  2. Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa suara dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan;
  3. Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus diajarkannya;
  4. Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para peserta didik melaksanakan disiplin;
  5. Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar pendidikan dapat berlangsung dengan baik;
  6. Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk mengarahkan perkembangan peserta didik sebagai generasi muda yang akan menjadi pewaris masa depan; dan
  7. Penterjemah kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.

Di pandang dari segi diri-pribadinya (self oriented), seorang guru berperan sebagai :

  1. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan pelayanan kepada masyarakat;
  2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara terus menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya;
  3. Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap peserta didik di sekolah;
  4. model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus dicontoh oleh mpara peserta didik; dan
  5. Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diharapkan akan merasa aman berada dalam didikan gurunya.

Dari sudut pandang secara psikologis, guru berperan sebagai :

  1. Pakar psikologi pendidikan, artinya guru merupakan seorang yang memahami psikologi pendidikan dan mampu mengamalkannya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik;
  2. seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relations), artinya guru adalah orang yang memiliki kemampuan menciptakan suasana hubungan antar manusia, khususnya dengan para peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan;
  3. Pembentuk kelompok (group builder), yaitu mampu mambentuk menciptakan kelompok dan aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan;
  4. Catalyc agent atau inovator, yaitu guru merupakan orang yang yang mampu menciptakan suatu pembaharuan bagi membuat suatu hal yang baik; dan
  5. Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker), artinya guru bertanggung jawab bagi terciptanya kesehatan mental para peserta didik.

Sementara itu, Doyle sebagaimana dikutip oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukan dua peran utama guru dalam pembelajaran yaitu menciptakan keteraturan (establishing order) dan memfasilitasi proses belajar (facilitating learning). Yang dimaksud keteraturan di sini mencakup hal-hal yang terkait langsung atau tidak langsung dengan proses pembelajaran, seperti : tata letak tempat duduk, disiplin peserta didik di kelas, interaksi peserta didik dengan sesamanya, interaksi peserta didik dengan guru, jam masuk dan keluar untuk setiap sesi mata pelajaran, pengelolaan sumber belajar, pengelolaan bahan belajar, prosedur dan sistem yang mendukung proses pembelajaran, lingkungan belajar, dan lain-lain.

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian kemampuan profesionalnya. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran peserta didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang tumbuh, berkembang, berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah peserta didiknya.

Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari peserta didik, orang tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pengajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitiaan guru tidak terjebak pada praktek pengajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para peserta didiknya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pengajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.