Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) - Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan Anak Usia Dini
Daftar Isi
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini
Mengapa pendidikan anak usia dini itu penting? Ya, karena masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian, sekitar 50% kapabilitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika anak berumur sekitar 18 tahun.
Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama, sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya.
Periode emas ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya, hingga masa dewasa. Pahami, masa emas ini hanya datang sekali! Apabila terlewat, berarti habis sudah peluang Anda.
Oleh karena itu, pendidikan anak usia dini dalam bentuk pemberian rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.
Singkatnya, pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada dua tujuan mengapa perlu diselenggarakan pendidikan anak usia dini, yaitu:
- Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
- Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Adapun rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Berikut beberapa ruang lingkup Pendidikan Anak Usia Dini :
- Infant (0-1 tahun)
- Toddler (2-3 tahun)
- Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
- Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)
Saat ini, sudah ada beberapa satuan pendidikan penyelenggara Pendidikan Anak Usia Dini, diantaranya adalah :
- Taman Kanak-kanak (TK)
- Raudatul Athfal (RA)
- Bustanul Athfal (BA)
- Kelompok Bermain (KB)
- Taman Penitipan Anak (TPA)
- Satuan PAUD Sejenis (SPS)
- Sekolah Dasar Kelas Awal (kelas 1,2,3)
- Bina Keluarga Balita
- Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
- Keluarga
- Lingkungan
Tidak bisa dipungkiri, pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis dalam pembangunan sumber daya manusia. Tidak mengherankan apabila banyak negara menaruh perhatian yang sangat besar terhadap penyelenggaraan pendidikan ini.
Pendidikan Anak
Pendidikan anak merupakan satu hal penting yang tidak bisa kita abaikan. Sebagai orang tua, hendaknya kita memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak. Hal itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan memilihkan sekolah yang baik buat anak. Ingat, anak merupakan generasi masa depan bangsa. Hal terpenting untuk menuju cita-cita adalah pendidikan.
Tanggung jawab pendidikan bukan semata-mata menjadi tanggung jawab sekolah, meski sekolah sudah menyiapkan kurikulum untuk mendidik anak. Pendidikan terbaik tetap saja terletak pada Anda sebagai orang tuanya. Anggap saja anak berada di sekolah selama 8 jam, sedangkan sisanya yang 16 jam adalah bersama Anda. Karenanya, Anda, perlu terlibat langsung dalam pendidikan anak di sekolah. Berikut beberapa hal yang bisa Anda lakukan :
Memberikan Dukungan
Selalu berikan perhatian kepada anak, dan tanamkan nilai dan tujuan pendidikan. Upayakan untuk selalu mengetahui perkembangan anak di sekolah. Anda bisa melakukan kunjungan untuk melihat situasi dan lingkungan pendidikan di sekolah. Menaruh minat terhadap aktivitas sekolah akan secara langsung mempengaruhi pendidikan anak.
Sediakan waktu untuk anak
Sebagai orang tua, Anda harus selalu menyediakan waktu yang cukup banyak bagi anak. Jadilah tempat curhat untuk menampung stress anak Anda. mendengarkan keluhannya, dan berusaha turut memberikan solusi atas permasalahannya disarankan dalam pendidikan anak.
Awasi kegiatan belajar di rumah
Tunjukkan Anda berminat pada pendidikan anak Anda. Pastikan anak Anda sudah mengerjakan tugas mereka. Wajibkan diri Anda untuk mempelajari sesuatu bersama anak-anak Anda. Membacalah bersama-sama mereka. Jangan lupa jadwalkan waktu setiap hari untuk memeriksa pekerjaan rumah anak Anda. Kendalikan waktu menonton TV, Internet dan kegiatan lainnya.
Mengajarkan tanggung jawab
Anak dapat bertanggung jawab mengerjakan tugas di sekolah jika Anda telah mengajar mereka untuk mengerjakan tanggung jawab di rumah. Cobalah mulai memberikan pekerjaan rumah tangga rutin setiap hari dengan jadwal yang spesifik. Hal itu akan mengajarkan rasa tanggung jawab yang mereka butuhkan agar berhasil di sekolah dan di kemudian hari dalam kehidupan.
Menjadi teman terbaik
Jadilah teman terbaik bagi anak Anda. Luangkan waktu untuk berbagi dalam banyak hal. Seorang anak membutuhkan semua teman yang matang yang bisa ia dapatkan. Sebagai orang-tua, Anda dapat menghindari banyak problem dan kekhawatiran atas pendidikan anak Anda dengan mengingat bahwa kerja sama yang sukses dibangun atas komunikasi yang baik.
Disiplin
Jalankan disiplin dengan tegas namun penuh kasih sayang. Selalu menuruti keinginan anak tidak disarankan dalam pendidikan anak, karena membuatnya manja dan tidak bertanggung jawab. Problem lain bisa muncul seperti seks remaja, narkoba, prestasi yang buruk, dsb.
Menjaga kesehatan
Jaga kesehatan anak Anda agar prestasi belajarnya tidak terganggu. Buat jadwal tidur yang cukup untuk anak Anda. Jika kelelahan, mereka tidak dapat belajar dengan baik. Hindari makanan seperti junk food, yang mendatangkan pengaruh buruk terhadap kesanggupannya untuk berkonsentrasi.
Kerja Sama dengan Guru
Tidak ada salahnya Anda mengenal guru dan menjalin hubungan baik dengan mereka. Berkomunikasilah untuk perkembangan anak Anda. Guru perlu tahu bahwa Anda memandang penting pendidikan anak Anda, sebagai bagian kehidupannya. Ini akan membuat guru lebih memperhatikan anak Anda. Hadirilah pertemuan orang tua murid dan guru yang diselenggarakan oleh sekolah, sehingga memiliki kesempatan untuk mengetahui prestasi akademis serta perkembangannya di sekolah.
Perkembangan Anak
Perkembangan anak penting dijadikan perhatian khusus bagi orangtua. Sebab, proses tumbuh kembang anak akan mempengaruhi kehidupan mereka pada masa mendatang.
Jika perkembangan anak luput dari perhatian orangtua (tanpa arahan dan pendampingan orangtua), maka anak akan tumbuh seadanya sesuai dengan yang hadir dan menghampiri mereka.
Kelak, orangtua akan mengalami penyesalan yang mendalam.
Apa saja tahapan perkembangan anak?
Perkembangan anak merupakan segala perubahan yang terjadi pada usia anak, yaitu pada masa:
- Infancy toddlerhood (usia 0-3 tahun)
- Early childhood (usia 3-6 tahun)
- Middle childhood (usia 6-11 tahun)
Perubahan yang terjadi pada diri anak tersebut meliputi perubahan pada aspek berikut:
- fisik (motorik)
- emosi
- kognitif
- psikososial
Aspek-aspek perkembangan anak
Perkembangan Fisik (Motorik)
Perkembangan fisik (motorik) merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Perkembangan fisik (motorik) meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
Perkembangan motorik kasar
Kemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat termasuk contoh perkembangan motorik kasar. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh.
Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa saja berbeda dengan anak lainnya.
Perkembangan motorik halus
Adapun perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu.
Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik halus.
Perkembangan Emosi
Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk mencintai; merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah; serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya.
Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar untuk menyayangi.
Perkembangan Kognitif
Pada aspek koginitif, perkembangan anak nampak pada kemampuannya dalam menerima, mengolah, dan memahami informasi-informasi yang sampai kepadanya. Kemampuan kognitif berkaitan dengan perkembangan berbahasa (bahasa lisan maupun isyarat), memahami kata, dan berbicara.
Perkembangan Psikososial
Aspek psikososial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa dan bermain bersama teman-teman sebayanya.
Dengan mengetahui aspek-aspek perkembangan anak, orangtua dan pendidik bisa merancang dan memberikan rangsangan serta latihan agar keempat aspek tersebut berkembang secara seimbang.
Rangsangan atau latihan tidak bisa terfokus hanya pada satu atau sebagian aspek. Tentunya, rangsangan dan latihan tersebut diberikan dengan tetap memerhatikan kesiapan anak, bukan dengan paksaan.
Tips Kesehatan Anak
Setiap orang tua pastinya ingin memberikan yang terbaik untuk buah hatinya. Termasuk dalam hal kesehatan. Sayangnya, masih banyak yang menggantungkan urusan ini kepada tenaga medis. Sakit sedikit dibawa ke dokter.
Sebagai orang tua, Anda harus memiliki pengetahuan dasar kesehatan, sehingga tahu apa yang harus dilakukan untuk menghadapi masalah kesehatan anak Anda.
Membincang kesehatan anak, dengan semakin majunya teknologi kedokteran dan Ilmiah, makin banyak pula solusi untuk berbagai penyakit, baik itu dari segi pengobatan maupun pencegahan. Yang paling ideal adalah pencegahan, tanpa perlu merasakan pahitnya menderita suatu penyakit ataupun kelainan.
Sayangnya, kebanyakan orang kekurangan informasi tentang gejala-gejala awal suatu penyakit, sehingga bisa diambil tindakan pencegahan yang optimal. Begitupun minimnya informasi cara hidup sehat dan tumbuh kembang anak, dari mulai bayi sampai balita.
Padahal, saat ini banyak informasi kesehatan yang bisa Anda dapatkan dengan mudah, baik melalui media cetak, audio, maupun internet. Semakin banyak pengetahuan Anda, maka Anda tidak perlu menyerahkan urusan kesehatan anak Anda secara utuh kepada tenaga medis.
Anggaran bulanan Anda juga tidak akan habis hanya untuk urusan kesehatan saja. Anak yang sehat bukan berarti sering mengunjungi dokter!
Pengetahuan kesehatan anak akan membuat Anda tidak mudah panik ketika menghadapi anak Anda mengalami gangguan kesehatan. Sebab, sebagian besar gangguan tersebut sembuh dengan sendirinya, bisa ditanggulangi di rumah dan tidak membahayakan. Tidak jarang dokter yang baik justru akan mengatakan : "anak sehat kok diajak ke dokter!". Nah, lantas mengapa Anda selalu risau padahal anak sehat-sehat saja?
Jika kondisi kesehatan anak Anda memang membutuhkan penanganan dokter, cobalah menanyakan apa penyebabnya dan bagaimana tindakan yang perlu dilakukan. Ingat, tidak selalu penyakit anak Anda membutuhkan obat. Ingat, penggunaan obat dengan benar pun menimbulkan efek samping.
Karenanya, Anda tidak perlu tergesa-gesa untuk memberikan obat kepada anak untuk mengobati gejalanya, dan akan lebih bijak jika mendiskusikan penyebabnya kepada dokter. Perlu Anda pahami, berkunjung ke dokter bukan selalu identik dengan upaya pemberian obat, namun lebih tepat untuk berkonsultasi.
Anda juga tidak perlu memaksa dokter untuk memberikan obat kepada anak Anda. Semakin banyak obat, maka semakin banyak efek samping yang ditimbulkannya. Perlu Anda ketahui, dalam sebuah penelitian, anak termasuk populasi yang paling terpapar pada pola pengobatan yang tidak rasional, terutama dalam pemberian antibiotik yang berlebihan dan pemberian obat sekaligus pada saat yang bersamaan. Jika Anda menginginkan kesehatan anak yang utama, maka Anda tidak perlu mencekokinya dengan berbagai macam obat!
Berikut tips untuk menjaga kesehatan anak :
Menjaga asupan makanan anak. Nutrisi yang cukup, sesuai dengan usia, berat badan dan aktivitas anak anda akan meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak mudah terserang penyakit
Melengkapinya dengan multivitamin. Suplemen ini mengandung beragam vitamin esensial (yang tidak bisa dibuat sendiri oleh tubuh). Bila diberikan secara tepat - komposisi dan dosisnya disesuaikan dengan kebutuhan anak - multivitamin bisa membantu meningkatkan ketahanan tubuh sehingga tak mudah terserang penyakit pancaroba.
Pastikan setiap makanan dan minuman yang masuk ke dalam mulut anak adalah yang terjamin kebersihannya. Artinya, selain harus lebih higienis dalam mengolah dan menyiapkan makanan di rumah, bujuklah anak untuk tidak jajan sembarangan.
Memahami Psikologi Anak
Berbicara masalah psikologi anak, Pakar Psikologi Perkembangan Erikson memfokuskan pada perkembangan psikososial sejak kecil hingga dewasa dalam delapan tahap.
Perlu diketahui, setiap orang akan melewati tahapan dan setiap tahapan akan mendapatkan pengalaman positif dan negatif. Kepribadian yang sehat akan diperoleh apabila seseorang dapat melewati krisis dalam tugas perkembangan dengan baik.
Pada teori psikologi anak, bayi memerlukan pengasuhan yang penuh cinta kasih sehingga ia merasakan aman. Ketidakkonsistenan dan penolakan pada masa bayi akan menimbulkan ketidak percayaan pada pengasuhnya berlanjut pada orang lain dan lingkungan yang lebih luas.
Pada masa usia dini, banyak hal yang mambuatnya tertarik sehingga ingin selalu mencoba, meski terkadang pada hal yang berbahaya. Pada tahap ini orang dewasa harus memberikan dukungannya. Erikson mengingatkan bahwa pembatasan dan kritik yang berlebihan akan menyebabkan tumbuh rasa ragu terhadap kemampuan dirinya.
Penelitian tentang psikologi anak, yang berfokus pada bab kecerdasan, lebih jauh diungkapkan Gardner dengan konsep kecerdasan Jamak atau Multiple Intelegence (MI). Gardner mengidentifikasi kecerdasan sebagai kemampuan untuk menemukan dan mencari pemecahan masalah serta membentuk suatu produk yang mempunyai nilai dipandang dari budaya seseorang.
Ketujuh kecerdasan tersebut adalah : Linguistik, logika, matematika, spasial, kinestetik, musik, intrapersonal, interpersonal serta naturalis. Setiap orang mempunyai berbagai potensi tersebut. Masing-masing dapat dikembangkan pada tahap tertentu.
Tangisan Berjam-jam
Terkait psikologi anak, mungkin Anda akan menemukan anak Anda menangis selama berjam-jam. Kunci meredakan tangisan dan teriakan anak adalah bersikap tenang dan tidak perlu tergesa-gesa. Orangtua yang nampak gelisah atau memendam kemarahan tentu akan sulit menerima kondisi si kecil yang juga sedang tidak nyaman dengan tangisannya sendiri.
Anak membutuhkan figur yang tenang dan mampu mengendalikan emosinya. Kontrol emosi Anda akan membuat suatu ruang toleransi apapun reaksi tambahan yang akan dikeluarkan anak. Tangisan anak itu suara musik alam yang indah.
Menurut Hans Grothe, seorang psikolog perkembangan dari Jerman, sebenarnya tangisan dan teriakan tantrum anak ternyata tidak berkaitan dengan usia. Tak hanya anak berusia 2 tahun yang melakukannya, usia 3 atau 5 tahun pun kadang-kadang masih melakukannya.
frekuensi yang terbanyak adalah pada usia 2 tahun. Menurutnya, ada 3 kunci untuk meredakan tangisan anak yaitu ketenangan, ketenangan dan ketenangan. Tentu saja dalam tiga tataran yang berbeda-beda.
Kemampuan ini tidak begitu saja jatuh dari langit, melainkan para orangtua harus melatih dan belajar melihat reaksi anak. Inilah perlunya orang tua memahami ilmu psikologi anak.
Perlu dipahami, menjadi orangtua sebenarnya seperti seorang peneliti di laboratorium. Mencoba sebuah formula pola asuh, memecahkan masalah sesuai dengan budayanya serta kemudian melihat reaksi yang terjadi dengan dicobakan formulanya.
Apabila tidak cocok dan reaksi buruk, maka harus dicobakan formula yang lain sampai cocok. Dan biasanya formula yang cocok untuk satu anak belum tentu cocok untuk anak yang lainnya. Jadi berlatih dan belajar menjadi peneliti adalah tugas orang tua agar sukses mendidik anak-anaknya. Anda akan mempelajari tentang psikologi anak yang tidak ada habisnya.
Mengenal Autisme
Autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang komunikasi, gangguan dalam bermain, bahasa, perilaku, gangguan perasaan dan emosi, interaksi sosial, perasaan sosial dan gangguan dalam perasaan sensoris.
Untuk mengenal lebih lanjut, Anda bisa mengamati diri berikut:
Gangguan pada penderita autisme dalam komunikasi verbal maupun nonverbal
Kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara,. menggunakan kata kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan, berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain. Suka menirukan kata, kalimat atau lagu tanpa tahu artinya. Bicaranya monoton seperti robot, tidak digunakan untuk komunikasi dan mimik datar
Gangguan pada penderita autisme dalam bidang interaksi sosial
Menolak atau menghindar untuk bertatap muka. Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak senang atau menolak dipeluk. Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan tangan orang yang terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya. Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain. Saat bermain bila didekati malah menjauh.
Gangguan pada penderita autisme dalam bermain
Bermain sangat monoton dan aneh, mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama. Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya. Tidak menyukai boneka, tetapi lebih menyukai benda yang kurang menarik seperti botol, gelang karet, baterai, dsb. Tidak reflek, tidak berimajinasi dalam bermain, tidak dapat meniru tindakan temannya, dan tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura pura. Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar atau angin yang bergerak.
Gangguan pada penderita autisme dalam berperilaku
Sering dianggap sebagai anak yang senang kerapian, harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Terlihat hiperaktif, sering menyakiti diri sendiri seperti memukul atau membenturkan kepala. Kadang sangat hiperaktif atau sangat pasif. Marah tanpa alasan yang masuk akal. Sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri. Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya.
Gangguan penderita autisme pada perasaan dan emosi
Perilaku tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa sebab nyata. Sering mengamuk tak terkendali, terutama bila tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan, bahkan bisa menjadi agresif dan merusak.. Tidak dapat berempati dengan anak lain
Gangguan pada penderita autisme dalam persepsi sensoris
Perasaan sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa dari mulai ringan sampai berat. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Menangis setiap kali dicuci rambutnya. Merasakan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu. Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila digendong sering melepaskan diri dari pelukan.
Autisme dipengaruhi oleh multifaktorial. Sejauh ini, masih belum terdapat kejelasan secara pasti mengenai penyebab dan faktor resikonya. Strategi pencegahan yang dilakukan masih belum optimal. Saat ini tujuan pencegahan hanya sebatas mencegah agar gangguan yang terjadi tidak lebih berat lagi, bukan untuk menghindari. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengungkap secara jelas misteri penyebab gangguan ini sehingga nantinya dapat dilakukan strategi pencegahannya.
Majalah Anak Untuk Meningkatkan Kreativitas Anak
Menurut Poerwodarminto, majalah diartikan sebagai surat kabar berkala, surat kabar yang terbit mingguan, bulanan, dan sebagainya.
Sebagai media cetak berkala, majalah memiliki andil besar sebagai sarana peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi masyarakat pembacanya karena majalah memuat berbagai informasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang relatif, termasuk majalah anak.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, majalah anak sering difungsikan sebagai media pembelajaran, mulai tingkat yang paling rendah, di Taman Kanak-Kanak. Bahkan,di lingkungan keluarga, majalah sering difungsikan sebagai sarana belajar dirumah.
Dalam situasi formal (di kelas) maupun nonformal (di keluarga), majalah dianggap merupakan sarana pembelajaran yang paling menarik karena tampilannya cukup bervariasi, baik dari segi model pembelajaran, gambarnya yang berwarna-warni, maupun tampilan bahasanya yang mudah diikuti anak.
Selain itu, majalah anak merupakan media belajar yang mudah dijangkau oleh sekolah dan keluarga karena harganya relatif murah dantersedia di mana-mana. Karena itu, bukan hal yang mengejutkan kalau sekarang omsetnya semakin lebih besar.
Dengan melihat performansinya, akan dapat diketahui letak kemenarikan dan kelebihan majalah. Dilihat dari isinya, majalah anak yang selama ini difungsikan di TK memuat berbagai kompetensi dasar yang harus dikuasai anak, diantaranya kompetensi berbahasa, daya pikir, dan keterampilan. Ketiga kompetensi ini disajikan dengan berbagai variasi strategi pembelajaran.
Namun demikian, sampai saat ini belum diketahui secara pasti model yang dapat difungsikan oleh guru untuk meningkatkan kompetensi berbahasa lisan anak dan diminati anak. Pada umumnya, guru hanya menyajikan majalah anak sebagai model dan sekaligus sebagai media pembelajaran tanpa mempertimbangkan kesesuaiannya dengan anak. Akibatnya anak-anak sering merasa jenuh
Majalah anak sebagai salah satu media pembelajaran di TK setidaknya memenuhi tiga syarat, yaitu :
1. edukatif, sarana pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum dan didaktik metodik. Artinya, sarana pembelajaran harus sesuai dengan tingkat kemampuan anak, dapat mendorong kelancaran dan keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
2. teknis, sarana pembelajaran harus memenuhi syarat, kebenaran ditinjau dari konsep ilmu, ketelitian, keawetan, ketahanan, kejelasan teknik, kemudahan pemakaian, keamanan, ketepatan ukuran, dan kontabilitas (keluwesan).
3. estetika, sarana pembelajaran harus memenuhi syarat estetis, ukurannya sesuai, dan warna serta kombinasinya serasi.
Majalah anak ditinjau dari performansinya memiliki karakteristik khas yang berbeda dari majalah untuk orang dewasa. Ditinjau dari berbagai segi, terbagi menjadi:
- segi bahasa,
- segi isi,
- segi tekniknya.
Dari segi bahasa, majalah anak memiliki ciri :
- kosakata yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan anak,
- kalimatnya sederhana.
Dari segi isi, majalah anak disusun dengan memperhatikan program kegiatan TK dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
- Isi harus sesuai dengan program kegiatan belajar dalam rangka pembentukan perilaku yang meliputi pengembangan moralPancasila, agama, perasaan/emosi, kemampuan bermasyarakat.
- Isi harus sesuai dengan program kegiatan belajar dalam rangka pengembangan kemampuan dasar, yang meliputi pengembangan kemam-puan berbahasa, daya pikir, daya cipta, keterampilan dan jasmani.
Dari segi teknis, majalah anak banyak menggunakan permainan sebagai sarana pembelajaran, banyak menggunakan gambar yang berwarna-warni, dan pembelajarannya memiliki berbagai model yang disesuaikan dengan perkembangan psikologis anak.
Pada umumnya, majalah yang digunakan di TK diciptakan untuk anak TK. Karena itu, performansi model pembelajarannya pun disesuaikan dengan perkembangan psikologis anak TK.
Pentingnya Kebersamaan Ibu dan Anak
"Siapa yang tidak menyayangi, dia tidak disayangi. Jika Orang Tua gagal mengungkapkan rasa sayang kepada anaknya, mereka tidak akan mampu mencintai orang orang tua.." (Nabi Muhammad saw)
Kadang, kita sebagai orang tua tidak sadar bahwa kebersamaan antara ibu dan anak adalah hal prinsip dan tidak boleh diabaikan. Ketika seorang ibu sudah asyik meniti karir, kadang melalaikan tugas pokoknya untuk mendidik anaknya.
Kadang kita tidak menyadari, tiba-tiba saja anak kita sudah dewasa. Kemudian kita mulai berandai-andai jika saja dulu bisa meluangkan lebih banyak waktu bersama anak-anak. Mungkin kita akan menyesal, jika kesuksesan kita di karir harus dibayar mahal dengan menghilangkan banyak waktu kebersamaan ibu dan anak.
Hubungan emosional yang terjalin antara ibu dan anak bisa saja berkurang. Tidak hanya itu saja, kadang minimnya kebersamaan tersebut masih harus dibayar mahal dengan terjerumusnya anak ke hal-hal negatif, seperti narkoba atau tindakan kriminal lain. Betapa sakit perasaan kita sebagai seorang ibu. Atau, bahkan ketika anak sukses dan berprestasi, kita tidak sepenuhnya merasa bahagia karena tidak merasa memiliki andil dalam hal ini.
Berikut ini adalah beberapa hal untuk menyadarkan kita pentingnya kebersamaan antara ibu dan anak.
1. Menangis
Menangis adalah satu cara yang digunakan oleh bayi untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bayi akan menangis ketika lapar, haus, BAK dan BAB ataupun merasa sakit.
Sering juga bayi menangis karena ingin dekat dengan ibunya, tatkala ibunya sudah mendekat, dia pun terdiam. Ini adalah cara bayi untuk merasa nyaman bersama ibunya. Betapa tangisan adalah obat ampuh untuk mendekatkan hubungan ibu dan anak.
2. Menyusui bayi secara langsung
Bagaimanapun kesibukan seorang ibu, hendaknya dia tidak melupakan dan melalaikan untuk menyusui anaknya secara langsung, bukan melalui botol. Dari sisi kesehatan, banyak keistimewaan menyusui secara langsung dibanding dengan botol.
Secara psikologis, menyusui secara langsung akan membuahkan keterkaitan antara ibu dan anak. Anak akan merasa nyaman dan bahagia ketika dia bisa memandang wajah ibunya dan menyusu dari tubuhnya terutama di bulan-bulan awal.
3. Menggendong anak
Cara ini akan membuat ikatan khusus antara ibu dan anak secara batiniah. Karena anak akan merasa lebih dekat dengan tubuh orang tuanya. Berbeda apabila anak diletakkan dalam kereta dorong, meskipun dia masih bisa memandang wajah orang tuanya.
4. Bermain bersama anak
Riset membuktikan bahwa anak-anak sudah bisa mendengar dan melihat sejak hari pertama. Bayi akan merasa senang melihat wajah orang, apalagi sedang menyuarakan sesuatu yang indah. Itulah sebabnya kita mengetahui, anak dapat mencium aroma ibunya tatkala berada di dekatnya. Maka bermainlah bersama anak anda. Posisikan diri Anda sebagai anak, untuk memahami indahnya kebersamaan ibu dan anak yang sedang berlangsung.
Hidup memang pilihan. Namun, apakah dengan melakukan pilihan, Anda harus mengorbankan sesuatu yang berharga, apalagi hal itu adalah waktu kebersamaan ibu dan anak? Anda tentu lebih tahu jawabannya...
Kiat Memahami Dunia Anak
Setiap orang tua pasti ingin agar buah hatinya kelak tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, kreatif, mandiri, dan bertaqwa. Harapan untuk menjadikan mereka yang terbaik, untuk kebaikan anak itu sendiri. Untuk mewujudkan hal tersebut, orang tua perlu memahami dunia anak dengan baik.
Sebab, dunia mereka berbeda dengan dunia orang dewasa. Anak-anak memiliki pribadi yang unik. Kadang kita merasa tingkah mereka lucu, tapi itulah dunia mereka. Sebagai orang tua harus memahami kreatifitas anak-anak dan mengarahkannya ke hal-hal yang positif.
Berikut ini kiat memahami dunia anak yang perlu kita ketahui, yaitu:
1. Suka meniru
Entah kita sadar atau tidak, apa yang kita ucapkan, kita lakukan, tentu akan ditiru anak-anak. Makanya kita sebagai orang tua harus memberikan contoh nyata atau keteladanan yang baik pada anak-anak.
Anak-anak adalah cermin orang tuanya. Tapi bukan hanya dari orang tua saja, anak-anak akan meniru dari lingkungan sekitar atau media lain seperti televisi. Orang tua harus selektif dalam hal ini.
2. Dunia anak adalah dunia bermain
Dengan demikian, hampir semua kegiatannya adalah bermain. Bermain sambil belajar (belajar sambil bermain), mengeksprolasi benda-benda yang ada di sekitar mereka merupakan kegiatan yang menyenangkan. Arahkan pada permainan yang merangsang pertumbuhan otak dan fisiknya. Perhatikan dalam memilih mainan untuk anak-anak ataupun memilih permainan anak.
3. Masih berkembang
Anak-anak masih berkembang baik secara fisik maupun phikis. Dengan melalui beberapa tahap, akan membentuk kepribadian anak itu sendiri.
4. Anak-anak tetaplah anak-anak
Mereka belum dewasa, maka jangan dibandingkan dengan orang dewasa. Baik dari pola pikirnya, apalagi dari fisiknya. Biarkan mereka menikmati dunia anaknya.
5. Kreatif
Selain tumbuh dan berkembang, anak-anak adalah pribadi yang kreatif, suka bertanya, rasa ingin tahu yang tinggi, suka berimajinasi. Kalau anak bertanya tentang sesuatu, jawablah sesuai usia anak. Penjelasan yang berbelit-belit akan susah diterima anak.
Sampaikanlah dengan bahasa anak-anak, bahasa yang mudah di mengerti, sesuai kemampuan mereka dalam menerima informasi baru. Anda tidak perlu bosan dengan pertanyaannya yang berulang kali. Justru, Andalah yang seharusnya memahami dunia anak dengan baik. Ciptakan rumah sebagai tempat untuk memancing kreativitas anak
6. Ketika ada permasalahan, jangan buru-buru menyalahkan anak.
Lebih baik Anda dan pasangan Anda berintrospeksi terlebih dahulu. Pilihlah kata-kata yang tepat bila ingin mengkritik anak. Perhatikan juga nada bicara Anda
7. Perbanyak membaca buku atau bacaan lain yang bermanfaat
Untuk lebih memahami dunia anak, atau bisa juga melihat program acara yang berkaitan dengan pola asuh.
8. Kenali karakter anak.
Setiap anak itu unik. Anda tidak perlu membanding-bandingkannya dengan yang lain. Yang perlu Anda lakukan adalah membantu mengenali potensinya dan mengarahkannya. Tidak ada salahnya memberi reward pada anak, seperti pujian, hadiah, dan lain sebagainya.
9. Memahami dunia anak
Buka diri dengan teman-teman yang lebih berpengalaman sekedar berbagi cerita atau diskusi. Bila diperlukan, Anda dapat pergi berkonsultasi dengan Psikolog. Tidak perlu malu. Psikolog bukanlah tempat bagi anak yang bermasalah saja
10. Libatkan anak
ketika Anda dan pasangan akan membuat peraturan di rumah. Seperti, membiasakan anak memperkenalkan teman-temannya pada Anda, selaku orang tua. Meski demikian, jangan paksakan keinginan Anda. Dan, Anda harus konsekuen dengan hasil perjanjian antara orang tua dan anak.
Manfaat Cerita Anak
Padahal, tontonan yang disajikan televisi, yang tersaji mulai dari anak bangun tidur hingga Saat ini, cerita anak bukan lagi hal populer.
Budaya mendongeng atau bercerita kepada anak-anak sepertinya sudah mulai mengendur, tergantikan budaya menonton Televisi, Play Station, Videogame dan teknologi canggih lainnya, belum tidur tentu sesuai untuk usia anak.
Baik itu kartun, sinetron, kuis, reality show, dan sebagainya.
Sebenarnya banyak sekali manfaat yang kita dapatkan dari cerita anak, diantaranya adalah :
Cerita adalah cara paling pas untuk mendisiplin anak
Di Nepal, anak-anak tidak didisiplinkan melalui hukuman fisik karena para ibu tidak suka melihat anak-anak murung atau menangis. Sebaliknya, mereka mengontrol perilaku anak lewat cerita. Ternyata cara ini cukup berhasil.
Mempererat ikatan dan komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak.
Anak-anak paling suka mendengarkan cerita anak. Jika kita lakukan setiap hari, maka cara ini dapat membuat kita semakin mengenal anak kita dan sebaliknya. Kalangan ahli psikologi menyarankan agar orangtua membiasakan mendongeng untuk mengurangi pengaruh buruk alat permainan modern. Hal itu dipentingkan mengingat interaksi langsung antara anak balita dengan orangtuanya dengan bercerita sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anak menjelang dewasa.
Mengasah daya pikir, kreatifitas dan imajinasi
Anak dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini. Anak yang biasa mendengarkan cerita, akan lebih mudah mengungkapkan isi hati dan pemikirannya dengan kata-kata, lisan maupun tertulis. Dia akan memiliki banyak kosa kata.
Cerita anak merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika
Berbagai nilai seperti kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, hingga empati maupun berbagai kebiasaan sehari-hari seperti pentingnya makan sayur dan menggosok gigi. Anak juga diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai tersebut, karena tidak bersikap memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita dalam dongeng tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak.
Cerita anak dapat melatih Multiple Intelligences
Melalui dongeng, jelajah cakrawala pemikiran anak akan menjadi lebih baik, lebih kritis, dan cerdas. Anak juga bisa memahami hal mana yang perlu ditiru dan yang tidak boleh ditiru. Hal ini akan membantu mereka dalam mengidentifikasikan diri dengan lingkungan sekitar disamping memudahkan mereka menilai dan memposisikan diri di tengah-tengah orang lain. Sebaliknya, anak yang kurang imajinasi bisa berakibat pada pergaulan yang kurang, sulit bersosialisasi atau beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Sebagai langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak.
Setelah tertarik pada berbagai cerita anak, mereka diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku. Diawali dengan buku-buku cerita yang sering didengarnya, kemudian meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya.
Terlepas dari banyaknya manfaat tersebut, hendaknya kita tetap harus berhati-hati. Jika tidak teliti, cukup banyak cerita anak yang rawan menjadi teladan buruk bagi anak-anak. Hal ini disebabkan muatan yang terkandung harus dipertimbangkan dengan kondisi psikologi yang mungkin deserap oleh sang anak, Jangan sampai terjadi kesalahan pemahaman dari cerita tersebut, yang dimaksudkan positif malah menjadi negatif...